Pertama, miliki kemauan untuk menjadi pengusaha atau wiraswasta. Ini sandaran yang paling awal dan mutlak sifatnya. “Karena, kemauan inilah yang menjadi titik berangkat Anda saat hendak memasuki kuadran BISA atau kuadran MASYARAKAT. Nah, kemauan yang bagaimana? Kemauan yang kuat. Tidak ada kemauan kuat, lupakan saja!” . Bob mengibaratkan sandaran kemauan berwiraswasta itu sebagai sebuah mobil. Untuk melaju di jalan wiraswasta, orang membutuhkan sandaran mobil tadi. Tetapi, mobil itu pasti tidak bisa beranjak kemanapun atau melaju dengan kecepatan tinggi, kalau tidak diisi dengan bensin beroktan tinggi. “Nah, bensin beroktan tinggi itu adalah adanya tekad yang sangat kuat untuk menjadi wiraswastawan. Itulah sandaran kedua, yang kita kenal juga dengan istilah komitmen yang kuat, atau dalam bahasa orang-orang pintar itu dinamakan determination,” jelas Bob.
Setelah mobil penuh bahan bakar, barulah calon wiraswasta ini bisa menghidupkan mesinnya untuk segera menjalankan si mobil. Mengapa dibutuhkan tekad atau komitmen yang sangat kuat? Ya, karena jalan-jalan entrepreneurship itu penuh liku dan tanjakan. Bahkan, bisa dikatakan sejak di kilometer nol pun sudah langsung ada kendalanya. Artinya, hambatan maupun kesulitan atau setidak-tidaknya sesuatu hal yang dipersepsi sebagai hambatan dan kesulitan sudah menggelayuti siapa saja yang hendak terjun menjadi entrepeuner. Mau contoh? Ya, kendala modal yang dibahas dimuka tadi. Tak sedikit orang yang punya kemauan nyemplung sebagai wiraswasta, tapi karena tidak punya modal determinasi akibat persepsi ketidaan modal. Akhirnya mundur dan menanggalkan kemauannya sendiri.
Mobil sudah dipenuhi bensin beroktan tinggi, dan mesinpun sudah dipanasi, sandaran apalagi yang dibutuhkan? Tibalah kita pada sandaran yang ketiga, yaitu keberanian mengambil peluang. Mobil sudah ada, bensin oktan tinggi sudah penuh, dan mesin pun sudah dipanasi, tapi kalau tidak berani memulai dengan mengambil peluang dan resiko .. sama saja tidak ada artinya. Tidak berani mengambil peluang, berarti orang tidak bergulir atau tidak beranjak dari tempatnya semula. Ibarat bandul jam yang berhenti, itu menunjukan bahwa jamnya mati, jam yang menyesatkan dan tidak berguna. Menurut Bob, Peluang dan resiko menyatu, seperti dua sisi dari keping mata uang yang sama. Peluang adalah potensi pergerakan yang membuahkan beragam akibat. Itulah yang harus dimanfaatkan untuk menggulirkan kehidupan manusia wiraswasta. “ kalau menggunakan diagram Roda Bob Sadino,calon entrepreneur itu harus bergulir, terus membandulkan diri dan bergerak memutari roda kehidupan. Jika tidak, ia seperti orang mati saja ,“ tegasnya. Apalagi seseorang sudah memiliki tiga sandaran di atas, sebenarnya dia sudah menggulirkan dirinya menjadi wiraswastawan.
Orang itu sudah jalan, namun itu belum cukup apabila dia belum memiliki sandaran keempat, yaitu tahan banting dan tidak cengeng. Sebagaimana sering diungkapkan oleh Bob dalam berbagai forum, wiraswastawan itu berkubang dengan hambatan, tantangan, risiko, dan kegagalan. Orang perlu daya tahan yang luar biasa untuk memenangkan pertarungan tersebut. Semakin banyak jam terbang dia dalam menghadapi bantingan demi bantingan, makin matang pula kehidupannya di kancah wiraswasta.
Terkait dengan sandaran tahan banting dan tidak cengeng ini adalah suatu sifat yang tampak jadi sangat utama di mata Bob, yaitu kemandirian. “Di forum-forum saya sering mendapat permintaan bantuan ini dan itu untuk memulai usaha. Kalau begitu caranya, saya bilang jangan pernah jadi entrepeneur! Entrepreneur tidak tergantung pada orang lain. Entrepreneur itu merdeka, ia bebas, mandiri. Kalau masih meminta-minta atau mengemis bantuan, apalagi sampai memaksa, itu cengeng namanya,” tegas Bob. Itu sebabnya , ketika ditanya perlukah campur tangan pemerintah untuk membesarkan usaha-usaha kecil supaya bisa menjadi besar dan mampu bersaing di kancah nternasional, Bob menyatakan, “Tidak perlu! Ada atau tidak ada campur tangan pemerintah, wiraswasta itu jalan terus, tidak boleh berhenti. Semakin sedikit campur tangan pemerintah, semakin tidak cengeng pula mereka. Entrepreneur sejati tidak menunggu bantuan. Disokong atau tidak disokong, jalan terus dia… Tapi, itu menurut Bob Sadino, lho….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar